MAKALAH
STUDI
NASKAH MELAYU ISLAM
Tentang
BAHAN NASKAH LONTAR
Oleh:
Elvi Susanti : 110.066
Laila Fitri : 110.069
Dosen pembimbing:
Dr. A. Taufik Hidayat
Siti Aisyah M. Hum
JURUSAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM (A)
FAKULTAS ADAB
IAIN IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M
A. Pendahuluan
Naskah adalah wujud fisik, kumpulan kertas. Sedangkan
teks yaitu apa yang terdapat di dalam naskah, yaitu isi naskah atau kandungan
naskah.[1] Bahan
naskah tersebut terbuat dari bahan yang beragam, bahan tersebut berupa daluwang
dan lontar. Lontar sebagai
bahan naskah dipakai di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Nusantara banyak ditemukan naskah lontar dari Sunda (Jawa Barat), Jawa, Bali, Madura, Lombok, dan Sulawesi Selatan.
Pembahasan dalam makalah ini, akan mencoba menguraikan
beberapa point berikut:
1. Asal bahan dan daerah yang menggunakan bahan naskah lontar?
2. Proses pembuatan naskah lontar?
3. Proses penulisan naskah lontar?
4. Tempat penyimpanan naskah dengan bahan lontar?
Jawaban serta pembahasan dari beberapa pertanyaan di
atas akan pemakalah uraikan pada pembahasan selanjutnya.
B. Bahan Naskah Lontar
1.
Nama dan sejarah lontar
Lontar
dalam bahasa Jawa
disebut Rontal, bahasa Sulawesi yaitu Lontara adalah sejenis daun dari pohon Palem
(Sunda: Siwalan). Nama ilmiah : Borassus flabellifer) yang
digunakan sebagai media alas tulis di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Di Nusantara penggunaan daun Lotar sebagai media tulis terdapat di Sunda Jawa,
Bali, Madura, Lombok dan Sulawesi Selatan.
‘Tal’
dari bahasa sansekerta ‘tala’ berarti palm talipot atau daun palma untuk menulis. Siwalan/sawala/suwalapattra berarti surat, tetapi juga digunakan untuk menyebut daun pohon ‘tal’. Adapun naskah tertua yang berbahan
lontar yaitu Arjunawiwaha 1256 Saka/1334 (5) M.
2.
Proses pembuatan
Proses pembuatan naskah lontar, pertama, daun lontar
(siwalan) dipetik dari pohon. Pemetikan biasa dilakukan pada bulan maret/april atau
september/oktober karena daun-daun siwalan pada masa ini sudah tua. Kemudian daun-daun
dipotong secara kasar nan dijemur menggunakan panas matahari. Proses ini
membuat warna daun yang semula hijau menjadi kekuningan.
Lalu daun-daun direndam dalam air yang mengalir selama
beberapa hari dan kemudian digosok bersih dengan serbet atau serabut kelapa.
Setelah itu daun dijemur kembali. Setelah kering daun-daun direbus dalam kuali
besar dicampur dengan beberapa ramuan. Tujuannya adalah untuk membersihkan
daun-daun dari sisa kotoran dan melestarikan struktur daun supaya tetap bagus.
Setelah direbus selama kurang lebih 8 jam, daun-daun
diangkat dan dijemur kembali di atas tanah. Daun-daun ditumbuk dan dipres pada
sebuah alat penjepit kayu berukuran besar, dalam bahasa bali disebut pamlagbagan. Daun-daun ini dipres selama
kurang lebih enam bulan, namun setiap dua minggu diangkat dan dibersihkan.
Setelah itu daun dipotong sesuai dengan ukuran yang diminta
dan diberi tiga lubang: di ujung kiri, tengah, dan ujung kanan. Jarak dari
lubang tengah ke ujung kiri harus lebih pendek dari pada ke ujung kanan. Hal
ini dimaksudkan sebagai penanda pada saat penulisan.
Tepi-tepi lontar juga dicat, biasanya dengan cat warna
merah. Lontar siap ditulisi dan disebut dengan istilah pepesan dalam bahasa bali dan sebuah lembar lontar disebut sebagai lempir.[2]
3.
Proses penulisan
Setiap lempir lontar yang akan ditulisi, biasanya
diberi garis dahulu supaya jika nanti menulis lebih teratur. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan sebuah alat yang dusebut penyipatan. Tali-tali kecil
direntangkan pada dua paku bambu, dibawahnya ditaruh lempir-lempir lontar. Tali-tali
ini lalu diberi tinta dan ditarik. Rentangan
tali yang ditarik yang ditarik tersebut mencipratkan tinta ke lempiran
lontar sehingga terbentuk garis.
Lalu lontar yang sudah siap ditulisi menggunakan pisau
tulis yang disebut pengropak atau pengutik. Biasanya pada lempir tersebut
diukir aksara dan dihitamkan. Cara menghitamkan dilakukan dengan menggunakan
kemiri yang dibakar sampai mengeluarkan minyak, kemiri ini diusapkan pada
lempir sehingga ukiran aksara terlihat tajam dan jelas. Fungsi minyak kemiri
sekaligus menghilangkan tinta-tinta garisan. Setiap lempir dibersihkan dengan
lap dan juga diolesi dengan minyak sereh supaya bersih dan tidak dimakan
serangga.
Lalu
tumpukan lempir-lempir ini disatukan dengan sebuah tali melalui lubang tengah
dan diapit dengan sepasang pengapit yang di Bali disebut sebagai takepan.
Namun kadangkala lempir-lempir disimpan dalam sebuah peti kecil yang disebut
dengan nama kropak di Bali (di Jawa kropak artinya adalah naskah
lontar). [3]
4.
Fungsi lontar
Adapun
fungsi lontar bagi masyarakat bali adalah sebagai berikut:
a. Berfungsi dalam kehidupan dari lahir – wafat
b. Buku untuk
mencatat resep, jimat, cerita, puisi dan pedoman kehidupan
c. Sebagian
dikeramatkan (dibuka oleh orang tertentu, dibaca oleh orang tertentu, dibuka
dengan cara tertentu, pada peristiwa tertentu).
5.
Tempat penyimpanan
Beberapa
perpustakaan dan instansi umum lainnya di seluruh dunia menyimpan koleksi
lontar dan menyadiakannya bagi para peneliti untuk dibaca. Berikut ini beberapa
tempat penyimpanan lontar,
a.
Indonesia
3)
Museum Sri Baduga, Bandung
5)
Museum Mpu Tantular, Surabaya
8)
Museum Negeri NTB, Mataram
b.
Amerika serikat (Library of Congress)
c.
Belanda
2)
Perpustakaan KITLV, Leiden
e.
Jerman
6.
Contoh gambar
a.
Lontar sulawesi
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tentang bahan naskah lontar
diatas dapat pemakalah simpulkan:
a. Asal bahan dan daerah yang menggunakan
Lontar
sebagai bahan naskah dipakai di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Nusantara banyak ditemukan naskah lontar dari Sunda (Jawa Barat), Jawa, Bali, Madura, Lombok, dan Sulawesi Selatan.
b. Proses pembuatan
Proses pembuatan bahan naskah lontar membutuhkan waktu
yang lama serta butuh kesabaran dalam mengolah kulit dari lontar menjadi
lembaran-lembaran bahan naskah yang disebut dengan lempir.
c. Proses penulisan
Setelah bahan lontar melalui proses pembuatan yang
rumit dan lama sehingga terbentuk lempir, maka proses penulisan dengan sebuah
alat yang dinamakan pengutik.
d. Tempat penyimpanan
Dari berbagai referensi yang penulis temukan, tempat
penyimpanan bahan naskah lontar, diantaranya: di indonesia, amerika serikat,
belanda, london, jerman, dan perancis.
2. Saran
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai titian
usaha perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR
PUSTAKA
Yudiafi dan
mu’jizah. 2001. Filologi. Indonesia: universitas terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar