Kamis, 05 Juni 2014

Kebudayaan Philipina Pra Islam



MAKALAH
SEJARAH KEBUDAYAAN ASIA TENGGARA PRA ISLAM
Tentang
KEBUDAYAAN PHILIPINA PRA ISLAM
                                                                                                                   

Oleh:
Elvi  Susanti        : 110.066

Dosen pembimbing:
Drs. Herman, M. Si
Erasiah, S.Hum, MA


JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (A)
FAKULTAS ADAB
IAIN IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M

A.    PENDAHULUAN
Secara geografis, A. Reid berpendapat bahwa, tidak ada suatu kawasan geografis yang sangat berbeda dari kawasan-kawasan lainnya di Asia Tenggara. Terdapat banyak hubungan dagang diantara kawasan tersebut dan walaupun terdapat berbagai suku bangsa dan bahasa, terdapat pula banyak persamaan. Ini disebabkan karena kesatuan geografis dan juga iklim. Unsur bahan makanan, misalnya, didominasi oleh beras dan ikan, dan sangat sedikit oleh hewan ternak dan susu. Sementara itu, kebiasaan atau mengunyah sirih juga terlihat agak umum. (Reid, 1992: xvi)
Menurut Mar Borrhwick membagi dua kawasan Asia Tenggara yaitu Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Lautan. Adapun negara yang termasuk dalam Asia Tenggara daratan adalah Thailand, Vietnam, Malaysia, Kamboja, Myanmar. Sedangkan kawasan Asia Tenggara Lautan yaitu, Indonesia, Singapura, Brunai Darussalam, dan Philipina.
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan kawasan Asia Tenggara Lautan, khususnya negara Philipina. Penulis juga akan memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan Philipina, yaitu;
1.         Bagaimana Sejarah Philipina?
2.         Letak geografis nya?
3.         Bagaimana kebudayaannya?
4.         Sistem pemerintahan, kepercayaan di Philpiina?
Pembahasan serta penjelasan dari beberapa point di atas akan pemakalah uraikan satu persatu pada pembahasan selanjutnya.

B.     PEMBAHASAN
Negara Philipina sebuah negara yang terdiri dari beberapa pulau besar-kecil, yang paling besar adalah pulau Luzon dan Mindanao, yang merupakan dua pertiga dari seluruh Philipina. Pulau lainnya adalah Mindaro, Panay, Negros, Cebu, Bohol, Leyte, Samar, serta Pulau Palawan. (Syaifullah, 2008: 128)
Pada tahun 1310 M ditemukan sebuah batu nisan atas nama Miqbal di Badatto, tidak jauh dari Jolo, pulau Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan sebagai salah satu bukti arkeologis masuk dan berkembangnya Islam di Philipina.(Syaifullah, 2008:129). Jadi dapat pemakalah simpulkan bahwa sebelum abad ke-14, atau sebelum tahun 1310 M, adalah masa Philipina pra Islam.
1.      Sejarah
Negara ini mendapat nama Philippines (Philipina) dari penjajah Spanyol yang mengambil nama raja mereka pada ketika itu yaitu, Raja Philip II. Nama ini diberikan oleh penjelajah Spanyol, Ruy Lopez de Villabolos pada mulanya hanya ditujukan kepada Pulau Leyte dan Pulau Samar saja, tetapi lama kelamaan nama "Las Islas Filipinas" digunakan untuk merujuk keseluruhan kepulauan tersebut. Lama sebelum itu nama yang pernah digunakan adalah "Islas del Poniente" yang bermaksud Kepulauan Di Bagian Barat atau nama yang diberikan oleh Ferdinand Magellan, penjelajah pertama Eropa yaitu, "San Lazaro".
Ferdinand magellan, berkebangsaan portugis mencari kemungkinan adanya selat di tengah-tengah benua amerika yang memungkinkan orang untuk belajar dari spanyol melalui amerika menuju ke maluku dengan tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di maluku. Dalam usaha ini magalhaes menyeberangi lautan atlantik serta menemukan selat, menyeberangi lautan teduh atau lauatan pasifik, dinamakan lautan teduh karena lautan itu tampak tenang dan damai. Dan akhirnya sampai di pulau cebu, salah satu pulau di philipina pada tahun 1521. Seorang opsir magalheis, sebastian del cano meneruskan perjalanannya sampai di spanyol. Semua ini merupakan pelayaran yang pertama mengelilingi dunia (1519-1522). (Soebatardjo, 43-44)
Philipina adalah salah satu bangsa serumpun di kawasan Asia Tenggara, berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu Deutero Melayu. Bahasa yang digunakan oleh bangsa Philipina adalah bahasa Austronesia (Melayu), serumpun dengan negara Malaysia, Indonesia, Vietnam sebelah tenggara, dapat dikatakan berasal dari leluhur yang sama. (Reid, 1992: 6)

2.      Letak geografis
Negara Philipina memiliki ibukota yaitu Manila, secara astronomis terletak antara 50 LU-210 LU dan 1170 BT-1260 BT. Secara geografis Philipina berbatasan dengan wilayah:
Utara        : Myanmar dan Laos
Timur        : Laos, Kamboja, dan Teluk Siam
Selatan     : Malaysia
Barat        : Myanmar dan Samudera Hindia
3.      Kepercayaan
Wilayah Asia Tenggara pra Islam termasuk Philipina (pulau Jolo), sistem kepercayaannya adalah menyembah berhala dan Animisme.(Syaifullah,2008: 130) Animisme adalah kepercayaan bahwa di alam sekeliling tempat tinggal manusia diam berbagai macam ruh serta manusia memuja roh tersebut.
Sebagian dari daerah Philipina pernah menjadi jajahan dari Sriwijaya pada abad ke-12 dan Majapahit pada abad ke-14. (seobatardjo, ..: 43). Philipina banyak mendapat pengaruh dari indonesia seperti agama hindu, buddha dan sawah. Pada abad ke-15 agama islam masuk ke philipina melalui indonesia. Orang islam di philipina bagian selatan disebut moros, moros adalah gelar yang diberi oleh orang spanyol.
. Sriwijaya mendapat pengaruh dari india terutama agama hindu dan di ikuti oleh agama buddha. Ajaran buddha aliran buddha hinayana dan buddha mahayana juga berkembang di sriwijaya. Sriwijaya pada masanya menjadi pusat perdagangan di asia tenggara.
Warisan terpenting Sriwijaya adalah bahasanya. Selama berabad-abad, kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara. (Southeast Asia Digital Library: About Malay). Hal ini juga memungkinkan tersebarnya penggunaan bahasa melayu kuno di philipina. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa philipina mendapat pengaruh dari kerajaan sriwijaya.
Sebelum kita melihat pengaruh kerajaan majapahit terhadap wilayah philipina, terlebih dahulu melihat kebudayaan-kebudayaan dari kerajaan majapahit tersebut. Majapahit merupakan kerajaan hindu-buddha. Jika kita amati majapahit merupakan produsen barang dagangan sehingga perekonomian majapahit maju. Pada masa pemerintahan hayam wuruk majapahit mengalami masa kejayaan dan nenguasai kerajaan-kerajaan di semenanjung malaya, borneo, sumatera, bali dan philipina. (http://blog.re.or.id/sejarah-kejayaan-kerajaan-majapahit.htm)


4.      Kebudayaan
Wilayah Asia Tenggara yang terletak dalam kawasan geografis yang sama menyebabkan kebudayaan yang sama antar wilayah Asia Tenggara termasuk daerah Philipina. Baik kebudayaan fisik maupun kebudayaan non fisik. Sebagai contoh, kebudayaan fisik, adanya kesamaan tradisi seperti sepak raga, makan sirih, sabung ayam. Serta bentuk rumah yang sama yaitu rumah panggung, dimana tujuan rumah ini dibangun pada masa itu adalah untuk menghindari serangan binatang buas dan banjir. Sedangkan contoh dari kebudayaan non fisik adalah dari segi kepercayaan yang menyembah roh nenek moyang.
Bahay Kubo merupakan rumah tradisional yang terkenal di Philipina. Ia diperbuat daripada gabungan daun pokok kelapa, nipah, dan buluh. Terdapat juga tanglung yang digubah berbentuk bintang yang disebut sebagai Parol, yang secara kebiasaannya digantung di hadapan rumah-rumah terutamanya ketika merayakan perayaan Hari Krismas atau hari-hari keagamaan besar yang lain, kebanyakan penduduk gemar menjadikan Parol sebagai salah satu hiasan di hadapan rumah mereka. Alat muik Organ buluh, adalah antara alatan tradisional di sana diperbuat dengan menggunakan hampir 1,000 batang buluh. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Filipina)
5.      Pakaian
Setiap kali diadakan pesta keramaian, lelaki di sana akan memakai pakaian yang dinamakan Barong Tagalog (Baju Tagalog). Pakaian istimewa ini diperbuat daripada kain yang dihasilkan daripada pokok pisang dan pokok nenas. Manakala, kaum wanitanya pula memakai gaun yang dipanggil Maria Clara.
6.      Sistem pemerintahan
Wilayah Asia Tenggara yang merupakan satu kesatuan geografis, kesatuan manusia serta kesatuan kebudayaan. Jadi pemakalah dapat berkesimpulan bahwa sistem pemerintahan antar wilayah di Asia Tenggara adalah sama. Philipina pra islam sistem pemerintahannya dengan adanya kepala suku sebagai pemimpin dalam sebuah kabilah sama halnya dengan sistem pemerintahan Indonesia pada masa sebelum masuknya Islam ke Indonesia.
C.     Penutup

1.      Kesimpulan
Dari pembahasan tentang kebudayaan Philipina pra Islam di atas dapat pemakalah simpulkan:
a.       Sejarah bangsa Philipina
Philipina adalah salah satu bangsa serumpun di kawasan Asia Tenggara, berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu Deutero Melayu. Bahasa yang digunakan oleh bangsa Philipina adalah bahasa Austronesia (Melayu), serumpun dengan negara Malaysia, Indonesia, Vietnam sebelah tenggara, dapat dikatakan berasal dari leluhur yang sama.
b.      Sisitem kepercayaan, pemerintahannya
Wilayah Asia Tenggara pra Islam termasuk Philipina (pulau Jolo), sistem kepercayaannya adalah menyembah berhala dan Animisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa di alam sekeliling tempat tinggal manusia diam berbagai macam ruh serta manusia memuja roh tersebut.
Philipina pra islam sistem pemerintahannya dengan adanya kepala suku sebagai pemimpin dalam sebuah kabilah sama halnya dengan sistem pemerintahan Indonesia pada masa sebelum masuknya Islam ke Indonesia.
c.       Kebudayaan bangsa Philipina
Wilayah Asia Tenggara yang terletak dalam kawasan geografis yang sama menyebabkan kebudayaan yang sama antar wilayah Asia Tenggara termasuk daerah Philipina. Baik kebudayaan fisik maupun kebudayaan non fisik. Sebagai contoh, kebudayaan fisik, adanya kesamaan tradisi seperti sepak raga, makan sirih, sabung ayam. Serta bentuk rumah yang sama yaitu rumah panggung, dimana tujuan rumah ini dibangun pada masa itu adalah untuk menghindari serangan binatang buas dan banjir. Sedangkan contoh dari kebudayaan non fisik adalah dari segi kepercayaan yang menyembah roh nenek moyang.
2.      Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu  kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih lanjut.



















DAFTAR PUSTAKA

Reid, Anthony. 1992. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Syaifullah. 2008. Sejarah Dan Tamadun Islam Di Asia Tenggara. Jakarta: Tintamas Indonesia





Tidak ada komentar:

Posting Komentar