MAKALAH
SEJARAH INDONESIA
Tentang
KERAJAAN MATARAM KUNO

Oleh:
Elvi
Susanti : 110.066
Dosen
pembimbing:
Dr. Danil
M. Caniago M.Hum
Erman.
M.Ag
JURUSAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (A)
FAKULTAS
ADAB
IAIN
IMAM BONJOLPADANG
1433
H / 2012 M
PENDAHULUAN
Kerajaan
mataram kuno adalah salah satu kerajaan yang mendapat pengaruh budaya hindu dan budha. Pada awal berdirinya,
kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat
Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Dikarenakan pertimbangan ekonomi, Di
Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak
terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur,
apalagi dipantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan,
dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
Pembahasan
makalah ini untuk menjawab beberapa
pertanyaan, sebagai berikut:
1. Latar
belakang berdirinya Kerajaan Mataram Kuno..?
2. Sejarah
Mataram Hindu (Wangsa Sanjaya) serta penyebab keruntuhannya..?
3. Sejarah
Mataram Budha (Wangsa Syailendra) serta penyebab keruntuhan nya..?
4. Penyebab
keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno..?
Jawaban
dari beberapa pertanyaan tentang kerajaan mataram kuno di atas akan pemakalah
paparkan pada bab selanjutnya.
PEMBAHASAN
KERAJAAN
MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram kita kenal dari sebuah
prasasti yang ditemukan desa canggal (barat daya Magelang). Prasasti ini
berangka tahun 732 m, ditulis dengan huruf Pallawa dan diubah dalam bahasa Sanskerta
yang indah sekali. Isinya terutama adalah memperingati didirikannya sebuah lingga
(lambang ciwa) di datas sebuah bukit di daerah Kunjarakunta oleh Raja Sanjaya.
Daerah ini letaknya di sebuah pulau yang mulia, yawadwipa, yang kaya akan hasil
bumi, terutama padi dan emas.[1]
Istilah
Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya
yang berjudul Sriwijaya, De Sailendrawamsa En De Sanjayawamsa
(1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang
berkuasa, yaitu Dinasti Sanjaya dan Sailendra.
Nama Wangsa Sanjaya di lihat dari nama
pendiri kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah tahun 732 M. Dinasti ini
menganut agama Hindu aliran Siwa. Raja selanjutnya adalah Rakai Panangkaran
yang dikalahkan oleh Wangsa Sailendra. Pada tahun 778 m raja Sailendra yang
beragama Budha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan
candi Kalasan. Sejak saat itu kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra.
Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani
menikah dengan Rakai Pikatan, keturunan Sanjaya pada tahun 840-an. Rakai
Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya
kembali berkuasa di Medang. [2]
Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini sering
disebut dengan Kerajaan Mataram Kuna sebagai pembeda dengan Mataram Baru atau Kesultanan
Mataram (Islam). Kerajaan
Mataram merupakan daerah yang subur yang memudahkan terjadinya
pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dan merupakan
kekuatan utama bagi Negara darat.
Kerajaan Mataram
berkuasa di Jawa
Tengah bagian selatan antara abad ke-8 dan abad ke-10. Nama
Mataram sendiri pertama kali
disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.
2. Wangsa Sanjaya (732 M)
a. Sejarah dan Lokasi
Prabu Harisdarma seorang raja dari Kerajaan Sunda. Ia
juga merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah. Ayahnya bernama
Bratasenawa yang merupakan raja ketiga Kerajaan Galuh. Saat pemerintahan
Bratasenawa pada tahun 716 M, Kerajaan Galuh dikudeta oleh Purbasora. Purbasora
dan Bratasena adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah. Bratasenawa
beserta keluarga melarikan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta
bantuan pada Tarusbawa. Tarusbawa sendiri adalah teman dekat Prabu Harisdarma
sendiri adalah suami dari cucu Tarusbawa.
Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh menyerang
Purbasora yang saat itu menguasai Kerajaan Galuh dengan bantuan dari Tarusbawa
dan berhasil melengserkannya. Prabu Harisdarma pun menjadi raja Kerajaan Sunda
Galuh. Prabu Harisdarma yang juga ahli waris dari Kalingga, kemudian menjadi
penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi Mataram dan dikenal dengan nama
Sanjaya pada tahun 732 M. Sanjaya atau Prabu Harisdarma, raja kedua Kerajaan
Sunda (723-732 M), menjadi raja Kerajaan Mataram (Hindu) (732-760 M). ia adalah
pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.
Sanjaya
adalah seorang raja yang ahli dalam kitab-kitab suci dan dalam keprajuritan. Ia
menaklukkan berbagai daerah di sekitar kerajaannya, dan menciptakan ketentraman
serta kemakmuran yang dapat dinikmati oleh rakyatnya.[3]
b. Sumber Sejarah
1) Prasasti Canggal
Prasasti
yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka Tahun 732
M dalam bentuk Candrasangkala. Menggunakan huruf pallawa dan bahasa
sangsekerta. Isi dari prasasti tersebut menceritakan tentang pendirian Lingga
(lambang Syiwa) yang merupakan agama Hindu beraliran Siwa di desa Kunjarakunja
oleh Raja Sanjaya serta menceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah
sena yang kemudian digantikan oleh Sanjaya. [4]
2) Prasasti Metyasih/Balitung
Prasasti
ini ditemukan di desa Kedu, berangka tahun 907 M. Prasasti Metyasih yang
diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat
dari tembaga.. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah
tanah kepada lima orang patihnya di Metyasih, karena telah berjasa besar
terhadap Kerajaan serta memuat nama para raja-raja Mataram Kuno.
c. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Politik dan Budaya
Adapun kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, dan
budaya di kerajaan mataram kuno. [5]
Ekonomi
|
Sosial Budaya
|
1. Pertanian
2. Berternak
3. Perdagangan (terdapat pasar berdasarkan penaggalan
jawa)
4. Kerajinan rumah tangga
5. Perdagangan internasional
|
1. Kehidupan sudah teratur
2. Terdapat orang asing yang menetap, dan membayar pajak
seperti warga pribumi (walaupun berbeda jumlahnya)
3. Kediaman keluarga istana terpisah dengan para hamba,
dan dipisah tembok dengan rakyat
4. Mengenal adanya buruh dan budak
|
Dari
prasasti Metyasih tersebut, didapatkan nama-nama raja dari Wangsa Sanjaya yang
pernah berkuasa, yaitu :
1) Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2) Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3) Sri Maharaja Rakai Panaggalan (780-800 M)
4) Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5) Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6) Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
7) Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856 – 882 M)
8) Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882 – 899 M)
9) Sri Maharaja Watukumara Dyah Balitung (898 – 915 M)
10) Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
11) Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
12) Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
13) Sri Maharaja Rakai Empu Sendok (929 – 930 M). [6]
d. Keruntuhan Wangsa Sanjaya
Pada
abad ke-10, Dyah Wawa mempersiapkan strategi sukses Empu Sendok yang memiliki
integritas dan moralitas sebagai calon pemimpin Mataram. Pada saat itulah
pemerintahan Dyah Wawa mengalami kemunduran. Empu Sendok yang memegang
pemerintahan setelah Dyah Wawa meninggal merasa khawatir terhadap serangan yang
dilancarkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Empu Sendok memindahkan pusat
pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Sumber lain menyebutkan
perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan oleh meletusnya gunung
merapi di Jawa Tengah.
3. Wangsa Syailendra (752 M)
a. Sejarah dan Lokasi
Syailendra
adalah wangsa atau dinasti Kerajaan Mataram Kuno yang beragama Budha. Wangsa
Syailendra di Medang, daerah Jawa Tengah bagian selatan. Wangsa ini berkuasa
sejak tahun 752 M dan hidup berdampingan dengan Wangsa Sanjaya.
b. Sumber Sejarah
Nama
Syailendra pertama kali dijumpai dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778
M. Ada beberapa sumber yang menyebutkan asal-usul keluarga Syailendra, Yaitu :
1) Sumber India
Nilakanta
Sastri dan Moes yang berasal dari India dan menetap di Palembang menyatakah
bahwa pada tahun 683 M keluarga Syailendra melarikan diri ke Jawa karena
terdesak oleh Dapunta Hyan.
2) Sumber Funan
Codes
beranggapan bahwa Syailendra yang ada di Nusantara berasal dari Funan
(Kamboja). Kerusuhan yang terjadi di Funan mengakibatkan keluarga Kerajaan
Funan menyingkir ke Jawa dan menjadi penguasa di Mataram pada abad ke-8 M
dengan menggunakan nama Syailendra.
3) Sumber Jawa
Menurut
Purbatjaraka, Keluarga Syailendra adalah keturunan dari Wangsa Sanjaya di era
pemerintahan Rakai Panangkaran. Raja-raja dari keluarga Sayilendra adalah asli
dari Nusantara sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi penganut agama
Budha Mahayana. Pendapatnya tersebut berdasarkan Carita Parahiyangan yang
menyebutkan bahwa Sanjaya menyerahkan kekuasaanya di Jawa Barat kepada
puteranya dari Tejakencana, yaitu Rakai Tamperan atau Rakeyan Panambaran dan
memintanya untuk berpindah agama.
Selain
dari teori tersebut di atas dapat dilihat dari beberapa Prasasti yang
ditemukan, Yaitu :
1) Prasasti Sojomerto
Prasasti
yang berasal dari pertengahan abad ke-7 itu berbahasa Melayu Kuno di desa
Sojomerto, Kabupaten Pekalongan yang menjelaskan bahwa Dapunta Syailendra
adalah penganut agama Siwa.
2) Prasasti Kalasan
Prasasti
yang berangka tahun 778 M merupakan prasasti peninggala Wangsa Sanjaya.
Prasasti ini menceritakan tentang pendirian Candi Kalasan oleh Rakai Panagkaran
atas permintaan keluarga Syailendra serta sebagai penghadiahan desa Kalasan
untuk umat Budha.
3) Prasasti Klurak
Prasasti
yang berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan menyebutkan tentang pembuatan
Arca Manjusri yang merupakan perwujudan Sang Budha, Wisnu dan Sanggha. Prasasti
ini juga menyebutkan nama raja yang berkuasa saat itu yang bernama Raja Indra.
4) Prasasti Ratu Boko
Prasasti
berangka tahun 865 M menyebutkan tentang kekalahan Raja Balaputra Dewa dalam
perang saudara melawan kakaknya Pradhowardhani dan melarikan diri ke Palembang.
c. Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Politik
Kehidupan
sosial Kerajaan Mataram Dinasti Syailendra ditafsirkan telah teratur. Hal ini
dilihat dari pembuatan Candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong
royong. Dari segi budaya Kerajaan Dinasti Syailendra juga banyak meninggalkan
bangunan-bangunan megah dan bernilai.
Adapun
Raja-raja yang pernah berkuasa, yaitu :
1) Bhanu (752 – 775 M)
2) Wisnu (775 – 782 M)
3) Indra (782 – 812 M)
4) Samaratungga ( 812 – 833 M)
5) Pramodhawardhani (883 – 856 M)
6) Balaputera Dewa (883 – 850 M)
d. Keruntuhan Wangsa Syailendra
Sejak
terjadi perebutan kekuasaan dan dipimpin oleh Rakai Pikatan, agama Hindu mulai
dominan menggantikan agama Budha. Sejak saat itulah berakhirnya masa Wangsa
Syailendra di Bumi Mataram.
Dari
kedua Wangsa yang berkuasa di Bhumi Mataram tersebut, sampai saat ini masih
dapat dilihat bangunan-bangunan suci yang berbentuk, yaitu : Candi di
pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi
Prambanan, Candi Sambi Sari dan lain-lain.
4. Keruntuhan
Kerajaan Mataram Kuno
Adapun
penyebab dari keruntuhan mataram kuno adalah sebagai berikut:
a. Akibat
letusan gunung merapi pada tahun 1006 M. Sehingga menghancurkan kerajaan
mataram kuno, letusan itu juga melongsorkan tubuh merapi sehingga sebagian
tubuh merapi lengser dan membentuk pervukitan gendol atau bukit wukir. Letusan
itu disebut mahapralaya atau pralaya yang berarti kehancuran besar.
b. Terjadinya
krisis politik pada tahun 927-929 M
c. Runtuhnya
kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di
jawa tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak ada
pelabuhan strategis. Sementra di jawa timur, merupakan jalur yang strategis
untuk perdagangan.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat pemakalah simpulkan:
a. Asal
usul Kerajaan Mataram Kuno
istilah
Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya
yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de
Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua
dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra.
Istilah Wangsa
Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang
memerintah sekitar tahun 732. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa, dan
berkiblat ke Kunjaradari di daerah India.Raja
selanjutnya ialah Rakai Panangkaran yang dikalahkan oleh dinasti lain bernama
Wangsa Sailendra. Pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha
aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi
Kalasan. Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai
akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah
dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai
Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya
kembali berkuasa di Medang.
b. Keruntuhan
Mataram Kuno
Adapun
penyebab dari keruntuhan mataram kuno adalah sebagai berikut:
1) Akibat
letusan gunung merapi pada tahun 1006 M. Sehingga menghancurkan kerajaan Mataram
Kuno, letusan itu juga melongsorkan tubuh merapi sehingga sebagian tubuh merapi
lengser dan membentuk Perbukitan Gendol atau Bukit Wukir. Letusan itu disebut Mahapralaya atau Pralaya yang berarti kehancuran besar.
2) Terjadinya
krisis politik pada tahun 927-929 M
3) Runtuhnya
kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa
Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak ada
pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, merupakan jalur yang strategis
untuk perdagangan.
2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa pemakalah
harapkan, yang nantinya dapat djadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih
lanjut.
DAFTAR
PUSTAKA
Badrika, Wayan. 2004. Sejarah Nasional Indonesia dan
Umum. Jakarta: Erlangga.
http://hqamru.wordpress.com/2008/04/23/seputar-keruntuhan-kerajaan-mataram-hindu-kuno/). Diakses 15 oktober 2011
http://www.niamblog.com/sejarah-kerajaan-mataram-kuno/
diakses 15 oktober 2011
http://riefjournal.blogspot.com/2010/02/asal-usul-kerajaan-mataram-kuno.html
diakses 15 oktober 2011
Soekmono.
1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia II. Jakarta: Kanisius.
Suhadi, Machi. Dkk. 2007. Ilmu
pengetahuan sosial sejarah. jakarta: erlangga.
[1]
Soekmono. Pengantar sejarah kebudayaan 2. (Jakarta: kanisius, 1973). H.39
[2]
http://riefjournal.blogspot.com/2010/02/asal-usul-kerajaan-mataram-kuno.html.
di akses 15 oktober 2011
[3]
Soekmono. Pengantar sejarah kebudayaan 2. (Jakarta: kanisius, 1973). H. 40
[4] Wayan Badrika. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. (Jakarta: Erlangga. 2004),
h. 38
[5] Machi Suhadi dkk. Ilmu pengetahuan sosial sejarah. (Jakarta:
Erlangga. 2007), h. 45
[6] Ibid. H. 38-39
ka boleh nanya, kalau pengaruh didirikannya kerajaan mataram kuno bagi perkembangan indonesia apa ya?
BalasHapusmohon dijawab