Kamis, 05 Juni 2014

Hubungan iman, islam, ihsan, dan hari akhirat



MAKALAH
ULUMUL HADIST
Tentang
HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN, DAN HARI AKHIRAT

Oleh:
Elvi Susanti                       : 110.066
Desta Irwani                      : 110.
Ratna Yola Anggraini      : 110.

Dosen Pembimbing :
Dr. Taufiqurrahman M.Hum


JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (A)
FAKULTAS ADAB
IAIN IMAM BONJOLPADANG
1432 H / 2011 M

BAB 1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah pemakalah ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini. Mengenai hubungan iman, islam, ihsan, dan hari akhirat. meskipun bentuk dan susunannya demikian sederhana sekali.
Demikian juga pemakalah ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini.
Kebenaraan yang terkandung dalam makalah yang sederhana ini semata-mata atas petunjuk Allah SWT, sedangkan kesalahan dan kekurangan yang ada didalamnya hanya disebabkan oleh kedangkalan ilmu dan keterbatasan pemakalah sendiri. Karena itulah kritik dan saran dari para pembaca senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih lanjut.










BAB II
HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN DAN HARI AKHIRAT

A.    Pengertian Iman, Islam, Ihsan dan Hari Akhirat

1.      Iman
Iman dalam islam adalah beriman kepada allah SWT. Beriman dalam arti meyakini dengan sungguh-sungguh di dalam hati, membenar dengan ucapan dan membuktikan dengan  perbuatan. Dengan demikian, beriman kepada allah adalah meyakini di dalam hati adanya allah yang maha kuasa yang berkedudukan sebagai rabb, malik dan illah, lalu mengikrarkannya dengan lisan dan dibuktikan kepada perbuatan sehari-sehari, oleh karena itu maka didalam al-qur’an dan hadist nabi banyak sekali ayat menegaskan pembenaran dalam hati, pembenaran dengan lisan dan pembenaran dengan perbuatan sehari-hari.[1]
Sebagaimana firman allah dalam al-qur’an (Q.S al-anfal : 2)

$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ  
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al-anfal: 2)




2.      Islam
Islam dinyatakan dengan kepatuhan dalam melaksanakan perintah allah berupa menyembah-nya kepadanya dan tidak meyekutukannya dengaa sesuatupun, mendirika shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan. Didalam hadist yang menjelaskan kepatuhan yaitu menunaikan ibadah haji bagi orang yang mampu sebagaimana dinyatakan didalam hadist.[2]

عن ابن عمر رض الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : بنى الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله, وإقام الصلاة, وإيتاء الزكاة, والحج, وصوم رمضان. (رواه البخاري)

Artinya :
‘’dari ibnu umar ia berkata:rasulullah saw brersabda: islam dibangun atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain allah dan muhamad sebai utusan nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menunakan haji kebaitullah serta melaksanakan puasa dibulan ramadhan. ‘’ (HR. Bukhari)

3.      Ihsan
Ihsan adalah menyembah allah seakan-akan melihatnya dan bila tidak mampu seperti itu, sadarilah bahwa allah senantiasa melihat perbuatan hambanya. [3]
Sebagaimana firman allah QS.an-nisa’ ayat : 36
(#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ  
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-nisa’: 36)

4.      Hari akhirat
Hari akhirat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup yang menjadi jembatan untuk menuju kekehiupan selanjutnya yang kekal dan abadi.
Firman allah QS. Luqman ayat : 34
¨bÎ) ©!$# ¼çnyYÏã ãNù=Ïæ Ïptã$¡¡9$# Ú^Íit\ãƒur y]øtóø9$# ÞOn=÷ètƒur $tB Îû ÏQ%tnöF{$# ( $tBur Íôs? Ó§øÿtR
#sŒ$¨B Ü=Å¡ò6s? #Yxî ( $tBur Íôs? 6§øÿtR Ädr'Î/ <Úör& ßNqßJs? 4 ¨bÎ) ©!$# íOŠÎ=tæ 7ŽÎ6yz ÇÌÍÈ  
Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman: 34)







B.     Hubungan Iman, Islam, Ihsan dan Hari akhirat

1.      Materi hadist

عن أبى هريرة قال كان النبى صلى الله وسلم بارزا بوما  للناس,
فأتاه جبريل فقال ما الإيمان فال : الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وبلقائه ورسله, وتؤمن بالبعث. قال ما الإسلام قال : الإسلام أن تعبد الله ولا تشرك به, وتقيم الصلاة, وتؤدى الزكاة المفروضة, وتصوم رمضان. قال ماالإحسان قال : أن تعبد الله كأنك تراه, فإن لم تكن تراه فإنه يراك. قال متى الساعة قال : ماالمسئول عنه بأعلم من السائل, وسأخبرك عن أشراطها إذا ولدت الأمة ربها, واذا تطاول رعاة الإبل البهم فى البنيان, فى خمس لا يعلمهن إلا الله.ثم تلا النبى صلى الله عليه وسلم (إن الله عنده علم الساعة) الآية. ثم أدبر فقال : ردوه. فلم يروا شيئا. فقال : هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم. (رواه البخاري ومسلم)
      

2.      Sanad
عن أبى هريرة قال كان النبى صلى الله وسلم بارزا بوما  للناس,
فأتاه جبريل فقال ما الإيمان

3.      Matan
الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وبلقائه ورسله, وتؤمن بالبعث. قال ما الإسلام قال : الإسلام أن تعبد الله ولا تشرك به, وتقيم الصلاة, وتؤدى الزكاة المفروضة, وتصوم رمضان. قال ماالإحسان قال : أن تعبد الله كأنك تراه, فإن لم تكن تراه فإنه يراك. قال متى الساعة قال : ماالمسئول عنه بأعلم من السائل, وسأخبرك عن أشراطها إذا ولدت الأمة ربها, واذا تطاول رعاة الإبل البهم فى البنيان, فى خمس لا يعلمهن إلا الله.ثم تلا النبى صلى الله عليه وسلم (إن الله عنده علم الساعة) الآية. ثم أدبر فقال : ردوه. فلم يروا شيئا. فقال : هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم.

4.      Rawi
(رواه البخاري ومسلم)

5.      Terjemahan hadist

 ‘’dari Abu Hurairah RA, ia berkata: pada suatu hari ketika nabi berkumpul bersama sahabat- sahabat, tiba-tiba datang sorang laki-laki dan bertanya: apakah iman itu ?
Nabi menjawab : iman itu adalah percaya kepaa allah, kepada malaikatnya, pertemuan dengannya para rasul-rasulnya, dan percaya kepada hari berbangkit. Lalulaki-laki itu bertanya kembali : apakah islam itu ? rasulullah menjawab : islam itu adalah mennyembah allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa dibulan ramadhan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi : apakah ihsan itu ? nabi menjawab : ihsan itu adalah menyembah allah seakan-akan engkau melihatnya, kalau engkau tidak mampu melihatnya, ketahuilah bahwa allah melihatmu, laki-laki itu bertanya kembali : kapan terjadi hari kiamat ? rasulullah menjawab : orangyang ditanya tidak lebih mengetahui dari parang yang bertanya, tetapi saya memberikan kepadamu beberapa tandanya yaitu apabila budak melahirkan tuhannya, dan jika pengembala onta dan tenak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung dan trmasuk didalamnya lima macam yang tidak dapa mengetahuinya kecuali allah, yaitu yan tersebut didalam al-qur’an. Kemudian nabi membacakan ayat :’’ sesungguhnya hanya allah lah yang mengetahui hari kiamat’’. Kemudian laki-laki tersebut pergi. Nabi bersabda : antarkanlah orang itu tetapi sahabat tidak lagi melihat laki-laki tersebut. Lalu nabi bersabda : ituadalah malaikat jibril, datang untk mengajarkan agama kepada manusia. (HR.Bukhari dan Muslim)  [4]


6.      Makna hadist
Laki-laki yang bertanya kepada nabi seperti yang dalam hadist diatas adalah jibril AS yang datang kepada nabi dan sahabat untuk mengajarkan agama islam. Dalam riwayat dijelaskan bahwa jibril datang duduk berada sangat dekat dengan nabi hingga lututnya menyentuh lutut nabi. Ada tiga hal penting yang disampaikan, yaitu iman, islam, dan ihsan. Didahulukan iman karena iman merupakan keyakinan yag mendasari seseorang tunduk dan patuh kepada allah dan rasulnya. Islam adalah realisasi dari keimanan seseorang. Oleh karena itu, iman yag sifatya abstrak dapat ditunjukkan tingkatnya oleh islam (kepatuhan seseorang terhadap perintah allah). Lalu ihsan sebagai keadaan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menyatakan kepatuhan kepada perintah allah SWT.
Pertanyaan jibril tidak dijawab nabi dalam bentuk defenisi sebagaimana yang dirumuskan oleh para ulama, yaitu meyakini dalam hati, mengucapkan kepada allah dan melaksanakan dengan anggota. Tetapi nabi menjawab dalam bentuk bagian-bagian iman itu sendiri, yaitu beriman kepada allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasul, dan hari kiamat. Demikian juga pertanyaan tentang islam dijawab nabi dengan rukun-rukun yang membentuk keislaman seseorang, yaitu menyembah allah dan tidak menyekutukannya, melasanakan shalat, menunaikan zakat, dan berpuasa pada bulan ramadhan. Nampaknya nabi mengetahui maksud jibril yang ingin mengajarkan agama kepada manusia secara jelas dan mudah dimengerti serta dilaksanakan.[5]

C.    Rasa Malu Sebagian dari Iman

1.      Materi hadist
حديث ابن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مر على رجل من الأنصار
 وهو يعظ أخاه فى الحياء, فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : دعه فإن
الحياء من الإيمان. (رواه البخاري)

2.      Sanad
حديث ابن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم

3.      Matan
مر على رجل من الأنصار وهو يعظ أخاه فى الحياء,
 فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : دعه فإن الحياء من الإيمان.

4.      Rawi
(رواه البخاري)

5.      Terjemahan hadist

“ibnu umar r.a berkata bahwa nabi SAW, melewati (melihat) seorang lelaki dari kaum anshar yang sedang menasehati saudaranya karena malu, maka nabi SAW. Bersabda, “ biarkanlah ia karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.” (HR. Bukhari)

6.      Makna hadist
Rasa malu merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh manusia, dan sekaligus marupakan salah satu sifat yang membedakan manusia dengan binatang. Kadar rasa malu pada tiap-tiap orang berbeda-beda.
Islam sangat mengakui keberagaman setiap orang, khususnya tentang sifat malu. Bahkan, sifat malu sebagaimana dinyatakan dalam hadist di atas merupakan bagian dari iman.[6]
Al-faqih abu laits as-samarqandi berpendapat bahwa malu dalam syari’at islam terbagi atas dua macam, yaitu:
a.       Malu kepada allah SWT, maksudnya ialah merasakan nikmat dari allah SWT. Hingga tidak sampi hati dan malu untuk berbuat maksiat atau melanggar larangannya.
b.      Malu kepada sesama manusia, maksudnya menutup mata dari hal-hal yang tidak berguna.
Jika manusia telah kehilangan rasa malunya, ia tidak lagi berbeda dari binatang. Pepatah seorang ulama kepada putranya, “hai putraku, jika nafu syahwatmu mengajak berbuat dosa, pandanglah keatas, hendaklah kau malu kepada masyarakat langit yang mengawasimu, jika tidak, tundukkanlah matamu ke bumi dan hendaklah malu kepada penghuninya, dan jika demikian kau belum dapatmelakukannya, maka anggaplah kau sendiri sebangsa hewan tak berakal.” [7]

7.      Hubungan kandungan hadist dengan ayat alqur’an
Adapun hubungan hadist diatas adalah dengan QS. Al-ahzab: 53

( ª!$#ur Ÿw ¾ÄÓ÷ÕtFó¡o z`ÏB Èd,ysø9$# 4
Artinya: … dan allah tidak malu (menerangkan) yang benar…
(QS.Al-ahzab: 53)

D.    Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman

1.      Materi hadist
عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم وعن حسين
 المعلم قال : حدثنا قتادة عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم
 قال : لايؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه.
 (رواه البخاري ومسلم و النسائى و أحمد)

2.      Sanad
عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم وعن حسين المعلم

3.      Matan
حدثنا قتادة عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لايؤمن أحدكم
 حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه.

4.      Rawi
(رواه البخاري ومسلم و النسائى و أحمد)






5.      Terjemahan hadist

Dari anas r.a. dari nabi SAW, bersabda,”tidak beriman salah seorang kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan An-Nasa’y). [8]

6.      Makna hadist
Bukti keimanan yang yang benar adalah ketika manusia itu melihat dirinya sebagai satu sosok individu yang merupakann satu organ tersendiri dalam tubuh masyarakat. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan juga dirasakan olehnya dan bahaya yang menimpa masyarakat juga akan menimpa dirinya. Jika seseorang telah dapat menangkap perasaan yang jujur ini maka ia akan dapat melihat orang lain seperti dirinya sendiri, bahkan melihat bayangannya sendiri. Sehingga apa yang menjadi kesenangan orang lain juga kesenangannya sendiri. [9]
7.      Hubungan kandungan hadist dengan ayat alqur’an

Adapun hubungan kandungan hadist diatas adalah dengan QS. Al-hujurat: 10

$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ  
Artinya:  orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS. Al-hujurat: 10)





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Iman dalam islam adalah beriman kepada allah SWT. Beriman dalam arti meyakini dengan sungguh-sungguh di dalam hati, membenar dengan ucapan dan membuktikan dengan  perbuatan. Islam dinyatakan dengan kepatuhan dalam melaksanakan perintah allah berupa menyembah-nya kepadanya dan tidak meyekutukannya dengaa sesuatupun, mendirika shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan. Ihsan adalah menyembah allah seakan-akan melihatnya dan bila tidak mampu seperti itu, sadarilah bahwa allah senantiasa melihat perbuatan hambanya. Hari akhirat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup yang menjadi jembatan untuk menuju kekehiupan selanjutnya yang kekal dan abadi.

B.     SARAN

 Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu  kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat djadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih lanjut.










DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Ahmad Atha. 2002.  Adabun Nabi. Pustaka Azzam: Jakarta.
Ali Sati dan Maizuddin. 2009. Hadist 1. Hayfa Press: Padang.
Rachmat Syafe’i. 2000.  Al-Hadis, Qidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia.



[1] Aili Sati dan Maizuddin. Hadist 1. (Hayfa Press: Padang, 2009). H. 5
[2] Ibid. hadist 1. H. 7
[3] Ibid. hadist 1. H. 9
[4] Rachmat Syafe’i. Al-Hadis, Qidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum. (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.11
[5] Op. cit. Hadist 1 .h. 4
[6] Ibid. al-Hadist. h.30
[7] Ibid. al-Hadist. H.32
[8] Abdul Qadir Ahmad Atha. Adabun Nabi. (Pustaka Azzam: Jakarta, 2002), h. 12
[9] Ibid. Adabun nabi. H. 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar