MAKALAH
ULUMUL HADIST
Tentang
HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN, DAN HARI
AKHIRAT

Oleh:
Elvi Susanti : 110.066
Desta Irwani : 110.
Ratna Yola Anggraini : 110.
Dosen
Pembimbing
:
Dr. Taufiqurrahman M.Hum
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (A)
FAKULTAS ADAB
IAIN IMAM BONJOLPADANG
1432 H / 2011 M
BAB 1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah pemakalah ucapkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini. Mengenai hubungan iman, islam, ihsan, dan hari
akhirat. meskipun bentuk dan susunannya demikian sederhana sekali.
Demikian juga pemakalah ucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini.
Kebenaraan yang terkandung dalam makalah yang
sederhana ini semata-mata atas petunjuk Allah SWT, sedangkan kesalahan dan
kekurangan yang ada didalamnya hanya disebabkan oleh kedangkalan ilmu dan
keterbatasan pemakalah sendiri. Karena itulah kritik dan saran dari para
pembaca senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai
titian usaha perbaikan lebih lanjut.
BAB II
HUBUNGAN IMAN, ISLAM,
IHSAN DAN HARI AKHIRAT
A.
Pengertian Iman, Islam, Ihsan dan Hari Akhirat
1. Iman
Iman
dalam islam adalah beriman kepada allah SWT. Beriman dalam arti meyakini dengan
sungguh-sungguh di dalam hati, membenar dengan ucapan dan membuktikan
dengan perbuatan. Dengan demikian,
beriman kepada allah adalah meyakini di dalam hati adanya allah yang maha kuasa
yang berkedudukan sebagai rabb, malik dan illah, lalu mengikrarkannya dengan
lisan dan dibuktikan kepada perbuatan sehari-sehari, oleh karena itu maka
didalam al-qur’an dan hadist nabi banyak sekali ayat menegaskan pembenaran
dalam hati, pembenaran dengan lisan dan pembenaran dengan perbuatan
sehari-hari.[1]
Sebagaimana
firman allah dalam al-qur’an (Q.S al-anfal : 2)
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman
ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al-anfal: 2)
2. Islam
Islam
dinyatakan dengan kepatuhan dalam melaksanakan perintah allah berupa menyembah-nya
kepadanya dan tidak meyekutukannya dengaa sesuatupun, mendirika shalat,
membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan. Didalam hadist yang menjelaskan
kepatuhan yaitu menunaikan ibadah haji bagi orang yang mampu sebagaimana
dinyatakan didalam hadist.[2]
عن ابن عمر رض الله عنهما قال : قال
رسول الله صلى الله عليه
وسلم : بنى الإسلام على خمس شهادة أن
لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله, وإقام الصلاة, وإيتاء
الزكاة, والحج, وصوم رمضان. (رواه البخاري)
Artinya :
‘’dari ibnu umar ia berkata:rasulullah saw
brersabda: islam dibangun atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain allah dan muhamad sebai utusan nya, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, menunakan haji kebaitullah serta melaksanakan puasa dibulan ramadhan. ‘’
(HR. Bukhari)
3. Ihsan
Ihsan
adalah menyembah allah seakan-akan melihatnya dan bila tidak mampu seperti itu,
sadarilah bahwa allah senantiasa melihat perbuatan hambanya. [3]
Sebagaimana
firman allah QS.an-nisa’ ayat : 36
(#rßç6ôã$#ur ©!$# wur (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur Ï 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷r& 3 ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä `tB tb%2 Zw$tFøèC #·qãsù ÇÌÏÈ
Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS. An-nisa’: 36)
4. Hari akhirat
Hari akhirat adalah hari akhir
kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup yang menjadi jembatan untuk menuju
kekehiupan selanjutnya yang kekal dan abadi.
Firman
allah QS. Luqman ayat : 34
¨bÎ) ©!$# ¼çnyYÏã ãNù=Ïæ Ïptã$¡¡9$# Ú^Íit\ãur y]øtóø9$# ÞOn=÷ètur $tB Îû ÏQ%tnöF{$# ( $tBur Íôs? Ó§øÿtR
#s$¨B Ü=Å¡ò6s? #Yxî ( $tBur Íôs? 6§øÿtR Ädr'Î/ <Úör& ßNqßJs? 4 ¨bÎ) ©!$# íOÎ=tæ 7Î6yz ÇÌÍÈ
Artinya:
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman: 34)
B.
Hubungan Iman, Islam, Ihsan dan Hari akhirat
1. Materi hadist
عن أبى هريرة قال كان النبى صلى الله
وسلم بارزا بوما للناس,
فأتاه جبريل فقال ما الإيمان فال : الإيمان أن
تؤمن بالله وملائكته وبلقائه ورسله, وتؤمن بالبعث. قال ما الإسلام قال : الإسلام
أن تعبد الله ولا تشرك به, وتقيم الصلاة, وتؤدى الزكاة المفروضة, وتصوم رمضان. قال
ماالإحسان قال : أن تعبد الله كأنك تراه, فإن لم تكن تراه فإنه يراك. قال متى
الساعة قال : ماالمسئول عنه بأعلم من السائل, وسأخبرك عن أشراطها إذا ولدت الأمة ربها,
واذا تطاول رعاة الإبل البهم فى البنيان, فى خمس لا يعلمهن إلا الله.ثم تلا النبى
صلى الله عليه وسلم (إن الله عنده علم الساعة) الآية. ثم أدبر فقال : ردوه. فلم
يروا شيئا. فقال : هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم. (رواه البخاري ومسلم)
2. Sanad
عن أبى هريرة قال كان النبى صلى الله
وسلم بارزا بوما للناس,
فأتاه جبريل فقال ما الإيمان
3. Matan
الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وبلقائه ورسله, وتؤمن بالبعث. قال ما
الإسلام قال : الإسلام أن تعبد الله ولا تشرك به, وتقيم الصلاة, وتؤدى الزكاة
المفروضة, وتصوم رمضان. قال ماالإحسان قال : أن تعبد الله كأنك تراه, فإن لم تكن
تراه فإنه يراك. قال متى الساعة قال : ماالمسئول عنه بأعلم من السائل, وسأخبرك عن
أشراطها إذا ولدت الأمة ربها, واذا تطاول رعاة الإبل البهم فى البنيان, فى خمس لا
يعلمهن إلا الله.ثم تلا النبى صلى الله عليه وسلم (إن الله عنده علم الساعة)
الآية. ثم أدبر فقال : ردوه. فلم يروا شيئا. فقال : هذا جبريل جاء يعلم الناس
دينهم.
4. Rawi
(رواه
البخاري ومسلم)
5. Terjemahan hadist
‘’dari Abu
Hurairah RA, ia berkata: pada suatu hari ketika nabi berkumpul bersama sahabat-
sahabat, tiba-tiba datang sorang laki-laki dan bertanya: apakah iman itu ?
Nabi
menjawab : iman itu adalah percaya kepaa allah, kepada malaikatnya, pertemuan
dengannya para rasul-rasulnya, dan percaya kepada hari berbangkit.
Lalulaki-laki itu bertanya kembali : apakah islam itu ? rasulullah menjawab :
islam itu adalah mennyembah allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu
apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa
dibulan ramadhan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi : apakah ihsan itu ? nabi
menjawab : ihsan itu adalah menyembah allah seakan-akan engkau melihatnya, kalau
engkau tidak mampu melihatnya, ketahuilah bahwa allah melihatmu, laki-laki itu
bertanya kembali : kapan terjadi hari kiamat ? rasulullah menjawab : orangyang
ditanya tidak lebih mengetahui dari parang yang bertanya, tetapi saya
memberikan kepadamu beberapa tandanya yaitu apabila budak melahirkan tuhannya,
dan jika pengembala onta dan tenak lainnya telah berlomba-lomba membangun
gedung-gedung dan trmasuk didalamnya lima macam yang tidak dapa mengetahuinya
kecuali allah, yaitu yan tersebut didalam al-qur’an. Kemudian nabi membacakan
ayat :’’ sesungguhnya hanya allah lah yang mengetahui hari kiamat’’. Kemudian
laki-laki tersebut pergi. Nabi bersabda : antarkanlah orang itu tetapi sahabat
tidak lagi melihat laki-laki tersebut. Lalu nabi bersabda : ituadalah malaikat
jibril, datang untk mengajarkan agama kepada manusia. (HR.Bukhari dan Muslim) [4]
6. Makna hadist
Laki-laki yang bertanya kepada nabi
seperti yang dalam hadist diatas adalah jibril AS yang datang kepada nabi dan
sahabat untuk mengajarkan agama islam. Dalam riwayat dijelaskan bahwa jibril
datang duduk berada sangat dekat dengan nabi hingga lututnya menyentuh lutut
nabi. Ada tiga hal penting yang disampaikan, yaitu iman, islam, dan ihsan.
Didahulukan iman karena iman merupakan keyakinan yag mendasari seseorang tunduk
dan patuh kepada allah dan rasulnya. Islam adalah realisasi dari keimanan
seseorang. Oleh karena itu, iman yag sifatya abstrak dapat ditunjukkan
tingkatnya oleh islam (kepatuhan seseorang terhadap perintah allah). Lalu ihsan
sebagai keadaan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menyatakan kepatuhan
kepada perintah allah SWT.
Pertanyaan jibril tidak dijawab
nabi dalam bentuk defenisi sebagaimana yang dirumuskan oleh para ulama, yaitu
meyakini dalam hati, mengucapkan kepada allah dan melaksanakan dengan anggota.
Tetapi nabi menjawab dalam bentuk bagian-bagian iman itu sendiri, yaitu beriman
kepada allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasul, dan hari kiamat.
Demikian juga pertanyaan tentang islam dijawab nabi dengan rukun-rukun yang membentuk
keislaman seseorang, yaitu menyembah allah dan tidak menyekutukannya,
melasanakan shalat, menunaikan zakat, dan berpuasa pada bulan ramadhan.
Nampaknya nabi mengetahui maksud jibril yang ingin mengajarkan agama kepada
manusia secara jelas dan mudah dimengerti serta dilaksanakan.[5]
C.
Rasa Malu Sebagian dari Iman
1. Materi hadist
حديث ابن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
مر على رجل من الأنصار
وهو
يعظ أخاه فى الحياء, فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : دعه فإن
الحياء من الإيمان. (رواه البخاري)
2. Sanad
حديث ابن عمر أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم
3. Matan
مر على رجل من الأنصار وهو يعظ أخاه فى
الحياء,
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : دعه فإن
الحياء من الإيمان.
4. Rawi
(رواه البخاري)
5. Terjemahan hadist
“ibnu
umar r.a berkata bahwa nabi SAW, melewati (melihat) seorang lelaki dari kaum
anshar yang sedang menasehati saudaranya karena malu, maka nabi SAW. Bersabda,
“ biarkanlah ia karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.”
(HR. Bukhari)
6. Makna hadist
Rasa malu merupakan salah satu
sifat yang dimiliki oleh manusia, dan sekaligus marupakan salah satu sifat yang
membedakan manusia dengan binatang. Kadar rasa malu pada tiap-tiap orang
berbeda-beda.
Islam sangat mengakui keberagaman
setiap orang, khususnya tentang sifat malu. Bahkan, sifat malu sebagaimana
dinyatakan dalam hadist di atas merupakan bagian dari iman.[6]
Al-faqih abu laits as-samarqandi
berpendapat bahwa malu dalam syari’at islam terbagi atas dua macam, yaitu:
a. Malu kepada allah SWT, maksudnya ialah
merasakan nikmat dari allah SWT. Hingga tidak sampi hati dan malu untuk berbuat
maksiat atau melanggar larangannya.
b. Malu kepada sesama manusia, maksudnya
menutup mata dari hal-hal yang tidak berguna.
Jika manusia telah kehilangan rasa
malunya, ia tidak lagi berbeda dari binatang. Pepatah seorang ulama kepada
putranya, “hai putraku, jika nafu
syahwatmu mengajak berbuat dosa, pandanglah keatas, hendaklah kau malu kepada
masyarakat langit yang mengawasimu, jika tidak, tundukkanlah matamu ke bumi dan
hendaklah malu kepada penghuninya, dan jika demikian kau belum
dapatmelakukannya, maka anggaplah kau sendiri sebangsa hewan tak berakal.” [7]
7. Hubungan kandungan hadist dengan ayat
alqur’an
Adapun
hubungan hadist diatas adalah dengan QS. Al-ahzab: 53
( ª!$#ur w ¾ÄÓ÷ÕtFó¡o z`ÏB Èd,ysø9$# 4
Artinya: … dan allah tidak malu (menerangkan) yang
benar…
(QS.Al-ahzab:
53)
D.
Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman
1. Materi hadist
عن
أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم وعن حسين
المعلم قال : حدثنا قتادة عن أنس عن النبي صلى
الله عليه وسلم
قال : لايؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه.
(رواه البخاري ومسلم و النسائى و أحمد)
2. Sanad
عن
أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم وعن حسين المعلم
3. Matan
حدثنا
قتادة عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لايؤمن أحدكم
حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه.
4. Rawi
(رواه
البخاري ومسلم و النسائى و أحمد)
5. Terjemahan hadist
Dari
anas r.a. dari nabi SAW, bersabda,”tidak beriman salah seorang kalian sehingga
ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan An-Nasa’y). [8]
6. Makna hadist
Bukti keimanan yang yang benar
adalah ketika manusia itu melihat dirinya sebagai satu sosok individu yang
merupakann satu organ tersendiri dalam tubuh masyarakat. Manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat akan juga dirasakan olehnya dan bahaya yang menimpa masyarakat
juga akan menimpa dirinya. Jika seseorang telah dapat menangkap perasaan yang
jujur ini maka ia akan dapat melihat orang lain seperti dirinya sendiri, bahkan
melihat bayangannya sendiri. Sehingga apa yang menjadi kesenangan orang lain
juga kesenangannya sendiri. [9]
7. Hubungan kandungan hadist dengan ayat
alqur’an
Adapun hubungan
kandungan hadist diatas adalah dengan QS. Al-hujurat: 10
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya: orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.(QS. Al-hujurat: 10)
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Iman dalam islam adalah beriman
kepada allah SWT. Beriman dalam arti meyakini dengan sungguh-sungguh di dalam
hati, membenar dengan ucapan dan membuktikan dengan perbuatan. Islam dinyatakan dengan kepatuhan
dalam melaksanakan perintah allah berupa menyembah-nya kepadanya dan tidak
meyekutukannya dengaa sesuatupun, mendirika shalat, membayar zakat, berpuasa di
bulan ramadhan. Ihsan adalah menyembah allah seakan-akan melihatnya dan bila
tidak mampu seperti itu, sadarilah bahwa allah senantiasa melihat perbuatan
hambanya. Hari akhirat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk
hidup yang menjadi jembatan untuk menuju kekehiupan selanjutnya yang kekal dan
abadi.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa pemakalah
harapkan, yang nantinya dapat djadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Ahmad Atha.
2002. Adabun Nabi. Pustaka Azzam: Jakarta.
Ali Sati dan Maizuddin. 2009. Hadist 1. Hayfa Press:
Padang.
Rachmat Syafe’i. 2000. Al-Hadis,
Qidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia.
[1] Aili Sati dan Maizuddin.
Hadist 1. (Hayfa Press: Padang,
2009). H. 5
[2] Ibid. hadist 1. H. 7
[3] Ibid. hadist 1. H. 9
[4] Rachmat Syafe’i. Al-Hadis,
Qidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum. (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.11
[5] Op. cit. Hadist 1 .h. 4
[6] Ibid. al-Hadist. h.30
[7] Ibid. al-Hadist. H.32
[8] Abdul Qadir Ahmad Atha. Adabun
Nabi. (Pustaka Azzam: Jakarta, 2002), h. 12
[9] Ibid. Adabun nabi. H. 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar