MAKALAH
SEJARAH INDONESIA II
Tentang
DEMOKRASI TERPIMPIN (ORDE LAMA)
Oleh:
Elvi
Susanti : 110.066
Fitrinawati
: 110.013
Dosen
pembimbing:
Dr. Danil
M. Caniago M.Hum
JURUSAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI-A)
FAKULTAS
ADAB
IAIN
IMAM BONJOLPADANG
1433
H / 2012 M
A.
Pendahuluan
Demokrasi Terpimpin merupakan suatu sistem
yang tidak tetap, yang dilahirkan dari krisis dan terus-menerus berubah
sepanjang salah satu masa paling kacau dalam sejarah Indonesia. Demokrasi Terpimpin
didominasi oleh kepribadian Soekarno, walaupun prakarsa pelaksanaannya diambil
bersama-sama dengan pimpinan angkatan
bersenjata. [1]
Pembahasan makalah ini akan menjawab beberapa
pertanyaan berikut:
1. Latar
belakang lahirnya Demokrasi Terpimpin?
2. Kondisi
sosial politik masa Demokrasi Terpimpin?
3. Bagaimana
dominasi komunis pada sistem Demokrasi Terpimpin?
4. Surat
Perintah Sebelas Maret?
Pembahasan serta jawaban dari pertanyaan di
atas akan pemakalah jabarkan pada bab selanjutnya.
B. Demokrasi
Terpimpin (Orde Lama)
Sebelum kita mengetahui kondisi sosial
politik Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin, terlebih dahulu kita harus
mengetahui pengertian dari Demokrasi Terpimpin serta latarbelakang lahirnya
Demokrasi Terpimpin ini.
Demokrasi Terpimpin merupakan sebuah sistem
Demokrasi dimana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin
negara. Adapun konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali di umumkan oleh
Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 november
1956.
Sedangkan latar belakang lahirnya Demokrasi
Terpimpin tentu disebabkan oleh masalah pada masa sebelumnya yaitu pada masa
Demokrasi Liberal. Dimana pada masa Demokrasi Liberal sering terjadi pergantian
kabinet, sehingga keadaan negara Indonesia menjadi tidak stabil. Dilihat dari
berbagai aspek, latar belakang dicetusnya demokrasi terpimpin oleh presiden
Soekarno adalah sebagai berikut:
1. Aspek
Keamanan Nasional
Banyaknya gerakan separatis pada Demokrasi
Liberal yang menyebabkan ketidakstabilan negara Indonesia. Melihat kondisi yang
demikian presiden Soekarno mengambil suatu keputusan dengan mencetuskan konsep
Demokrasi Terpimpin, dimana seluruh keputusan berpusat pada negara.
2. Aspek
Perekonomian
Sering terjadinya pergantian kabinet pada
masa Demokrasi Liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet
tidak dapat dijalankan dengan baik, sehingga pembangunan ekonomi tersendat,
uang banyak beredar di masyarakat sehingga nilai Rupiah merosot.
3. Aspek
Politik
Dilihat dari aspek politik latar belakang
dicetusnya Demokrasi Terpimpin yaitu konstituante gagal dalam menyusun UUD baru
untuk menggantikan UUDS 1950. Sehingga presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 juli 1959 yang salah satu isinya adalah berlakunya kembali UUD 1945.
Jika kita lihat dari latar belakang lahirnya
Demokrasi Terpimpin kita pasti langsung berkesimpulan bahwa kondisi sosial
politik Indonesia pada masa ini lebih baik dari pada masa Demokrasi Liberal.
Namun kenyataannya, kondisi sosial politik Indonesia pada masa ini adalah:
a. Adanya
Dominasi Komunis dalam pemerintahan. Pimpinan partai komunis indonesia (PKI)
yaitu D.N. Aidit yang mengakomodasikan persekutuan Ideologi Nasionalisme, Agama
(Islam), dan Komunisme yang dinamakan NASAKOM.
b. Adanya
perlawanan terhadap pemerintah. Perlawanan dari mahasiswa yang menyampaikan
Tiga Tuntutan (Tritura) kepada pemerintah, yang salah satu isinya yaitu
bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
1. Menegakkan
Demokrasi Terpimpin
Dekrit 5 Juli tidak saja mendapatkan sambutan
baik dalam masyarakat yang selama hampir 10 tahun dalam kegoyahan zaman Liberal
telah mendambakan stabilitas politik, melainkan juga dibenarkan dan diperkuat
oleh Mahkamah Agung.
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden,
Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959, diganti dengan Kabinet
Kerja. Dalam kabinet tersebut presiden Soekarno bertindak selaku perdana
mentri, sedangkjan Ir. Djuanda menjadi menteri pertama. Program kabinet
meliputi keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Jaya, dan sandang pangan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 150
tahun 1959 yang dikenal dengan “Dekrit 5 Juli 1959” memuat tiga hal pokok:
a. Tidak
berlaku UUDS 1950
b. Berlakunya
kembali UUD 1945
c. Pembubaran
Konstituante, dan pembentukan MPRS dan DPAS[2]
Dengan penetapan Presiden No. 2 tahun 1959
dibentuk Majelis Permusyarawatan Rakyat Sementara (MPRS), yang
anggota-anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
a. Setuju
kembali kepada UUD 1945
b. Setia
kepada perjuangan RI dan,
c. Setuju
dengan Manifesto Politik
Keanggotaan MPRS menurut Penpres No. 12 tahun
1959 terdiri atas 261 anggota DPR 94 dari utusan daerah, dan wakil Golongan Karya
sebanyak 200 orang. Dalam penetapan Presiden itu disebutkan pula bahwa tugas
dari pada MPRS menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.[3]
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diketuai
oleh Presiden dibentuk dengan Penpres No.
3 tahun 1959. Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan
berhak mengajukan usul kepada pemerintah (pasal 16 ayat 2 UUD 1945). DPA
dilantik pada tanggal 15 Agustus 1959. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil
pemilihan umum tahun 1955 yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun
1953, tetap menjalankan tugasnya dengan landasan UUD 1945 dan dengan menyetujui
segala perombakan yang dilakukan oleh pemerintah, sampai tersusun DPR baru.
2. Kondisi
ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin
Adanya peraturan pemerintah pengganti
Undang-Undang No. 3 tahun 1959 tentang pembekuan sebagian dari simpanan pada
bank-bank yang dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya uang dalam peredaran,
yang terutama dlam tahun 1957 dan 1958 sangat meningkat jumlahnya.
Hal-hal yang merugikan keuangan negara adalah
antara lain perdagangan expor-impor dan perdagangan dalam negeri, sehingga
penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lain yang merupakan
sumber-sumber penting untuk penerimaan negara dalam mata uang rupiah ikut
merosot. [4]
3. Perlawanan
terhadap pemerintah
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
meminta kepada pemerintah agar keputusan menaikkan harga barang ditinjau
kembali. Namun, pernyataan ini ternyata tidak mendapat tanggapan dari
pemerintah. Ketidakpuasan rakyat akhirnya meledak dalam bentuk demontrasi yang
dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar pada tanggal 10 Januari 1966, mereka
menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) kepada pemerintah[5], yakni:
a. Bubarkan
PKI
b. Turunkan
harga/ perbaiki ekonomi
c. Retool
kabinet dwikora
4. Dominasi
Komunis
Pimpinan PKI dipegang oleh D.N. Aidit, M.H.
Lukman, Nyoto dan Sudisman. Partai komunis indonesia (PKI) menyambut “demokrasi
terpimpin” Soekarno dengan hangat dan anggapan bahwa PKI mempunyai mandat untuk
mengakomodasi persekutuan konsepsi yang sedang marak di Indonesia yaitu
ideologi nasionalisme, agama (Islam) dan komunisme yang dinamakan NASAKOM.
Pada tahun 1962 perebutan Irian Barat secara
militer oleh Indonesia yang dilangsungkan dalam operasi Trikora mendapat
dukungan penuh dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap
perlawanan penduduk adat yang tidak menghendaki integrasi dengan Indonesia.
5. Supersemar
Surat Perintah Sebelas Maret yang disingkat
menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden
Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1969. Surat ini berisi
perintah yang menginstruksikan Soeharto,
selaku Panglima Komando Operasi Keamanan Dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk
mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan
yang buruk pada saat itu.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas dapat
pemkalah simpulkan beberapa point, yaitu:
a. Latar
belakang di cetusnya sistem Demokrasi Terpimpin
Dicetusnya sistem Demokrasi Terpimpin oleh
presiden Soekarno melihat pertimbangan beberapa segi pertahanan nasional,
politik dan perekonomian Indonesia pada saat itu telah mengalami kekacauan.
b. Menegakkan
Demokrasi Terpimpin
Keputusan presiden Republik Indonesia No. 150
tahun 1959 yang dikenal dengan “Dekrit 5 juli 1959” memuat tiga hal pokok:
1) Tidak
berlaku UUDS 1950
2) Berlakunya
kembali UUD 1945
3) Pembubaran
Konstituante, dan pembentukan MPRS dan DPAS
Adapun isi dari Tritura adalah Bubarkan PKI,
Turunkan harga/perbaiki ekonomi dan Retool kabinet Dwikora. Sedangkan isi dari Supersemar
adalah pemberian kekuasan dari presiden Soekarno kepada Soeharto dalam
pengamanan daerah Indonesia yang sedang mengalami kekacauan.
2. Saran
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai titian
usaha perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR
PUSTAKA
Tambunan, A.S.S, Dkk. 1991. Pejuang dan Prajurit (Konsepsi Dan
Implementasi Dwifungsi Abri ). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Poesponegoro, Marwati Djoned. 1993. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai
Pustaka.
MC.Rickleft. 2008. A History Of Modern Indonesia Since C. Palgrave. Terjemahan
[1] MC.Rickleft. 2008. A history of modern indonesia since c.
Palgrave. H. 533, terjemahan
[2] Tambunan,ASS. Dkk. 1991. Pejuang dan prajurit. Jakarta: pustaka
sinar harapan.
[3] Poesponegoro, marwati djoned. 1993. Sejarah nasional indonesia IV. Jakarta:
balai pustaka. H. 312
[4] Op.cit, poesponegoro h. 323
[5] Op.cit, tambunan. H. 125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar