MAKALAH
HISTORIOGRAFI
ISLAM I
Tentang
PERKEMBANGAN
HISTORIOGRAFI ISLAM MODERN
Oleh:
Elvi Susanti : 110.066
Desta Irwani : 110.154
Dosen pembimbing:
Drs. Muhapril Musri, M.
Ag
Dra. Yulniza, M. Ag
JURUSAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM (A)
FAKULTAS ADAB
IAIN IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M
A. Pendahuluan
Di penghujung abad ke-18, Mesir sudah memperlihatkan
tanda-tanda kebangkitan. Mesir memang merupakan negeri muslim yang pertama
mengalami kebangkitan kembali, setelah sekian lama mengalami kemunduran.
Kebangkitan ini dimulai dengan munculnya beberapa orang penulis Mesir dalam
berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang sejarah, ‘Abd al-Rahman al-Jabarti dapat
dikatakan sebagai pelopor dan perintis kebangkitan kembali Arab-Islam di Mesir pada
abad ke-19.
Dalam makalah ini akan menjawab beberapa pertanyaan
berikut:
1. Biografi al-Jabarti?
2. Karya-karya al-Jabarti?
3. Penulisan sejarah masa al-Jabarti?
4. Penulisan sejarah di Mesir abad ke-19 pasca al-Jabarti?
5. Historiografi Arab Islam pada abad ke-20?
Pembahasan serta jawaban dari beberapa pertanyaan di
atas akan pemakalah paparkan pada bab selanjutnya.
B. Perkembangan Historiografi Islam Modern
1. Biografi al-jabarti
Nama
lengkap al-Jabarti adalah Abd al-Rahman Ibn Hasan al-Jabarti, lahir di Kairo
tahun 1163 H/ 1753 M. (Abdullah, 2004: 56). Al-Jabarti dinisbatkan pada Jabart
yaitu sebuah karang kecil di negeri Habasyah (Ethiopia),
negeri asal nenek moyang.
Al-Jabarti
berasal dari keluarga yang taat beragama dan aktif berkecimpung di dunia
ilmiyah. Beberapa orang diantaranya dikenal sebagai ilmuwan di al-Azhar, Mesir.
Ayahnya sendiri, Hasan al-Jabarti (w. 1179 H), adalah seorang ahli ilmu
keagamaan islam dan ilmu pasti, terutama Astronomi dan Geografi dan mengajar di
al-Azhar. (yatim, 1997: 218) Al-Jabarti adalah sejarawan Mesir terkenal yang
hidup di tiga periode politik Mesir; 1). Zaman pemerintahan Turki Ustmani di
Mesir yang berakhir tahun 1798; 2). Zaman pendudukan Perancis (1798-1801) dan
3). Zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasya yang dimulai tahun 1805 M.
Pendidikan
formal pertamanya yang dilalui al-Jabarti adalah di Madrasah as-Samaniyah,
Kairo. Disamping menuntut ilmu di madrasah ini, pada waktu yang sama, sepulang
dari madrasah, ia juga belajar berbagai ilmu keagamaan dari ayahnya dan dari
ulama-ulama yang datang ke rumahnya. Setelah itu, al-Jabarti melanjutkan
pendidikannya di al-Azhar sambil terus belajar ilmu astronomi, matematika dan
hikmah dari ayahnya.
Demikianlah
pendidikan yang dilalui sampai ayahnya meninggal dunia pada 1179 H, ketika ia
masih berusia 21 tahun. Dalam lapangan ilmu, al-Jabarti sebenarnya melanjutkan
tradisi ilmiyah yang sudah dikembangkan oleh anggota keluarga al-Jabarti lebih
dahulu. Sebagaimana ayahnya, dia juga menjadi salah seorang ulama besar
al-Azhar, Kairo, Mesir. Disamping itu, al-Jabarti juga memberi pengajaran di
masjid-masjid dan rumahnya.
2. Penulisan sejarah Al-jabarti
Dalam penulisan sejarah Mesir pada masa Turki Usmani,
al-Jabarti mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sejarawan lainnya karena,
a.
Ia menggambarkan masyarakat
Mesir pada masa itu dengan sempurna serta berusaha melakukan penelitian
mendalam terhadap peristiwa yang dialaminya.
b.
Ia menyatakan dalam bukunya
ia menulis sejarah bukan karena perintah penguasa karena ia adalah seorang
ilmuan independen. (Yatim, 1997: 219)
Pada masa pemerintahan kerajaan Ottoman atau Usmani di
dunia Arab (1517-1922) yang berpusat di Istanbul, Turki, buku-buku sejarah yang
bermutu tidak banyak lagi muncul dalam bahasa Arab, tetapi dalam bahasa Turki.
Ketika Abdurrahman al-Jabarti muncul dengan karya besar sejarahnya, dia
kemudian dinilai dengan sebagai seorang pahlawan sejarah Arab-Islam.
3. Karya-karya al-jabarti
Dalam
bidang sejarah, al-Jabarti menulis dua buah karya buku penting, yang pertama
buku yang berjudul “Aja’ib al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar”
(Keanehan-keanehan Peninggalan tentang Biografi dan Kabar Berita). Terdiri dari
empat jilid yang lebih dikenal dengan nama “Tarikh al-Jabarti” dan buku
yang berjudul “Mazhab at-Taqdis”. Buku Aja’ib memotret
peristiwa-peristiwa yang terjadi di Mesir, terutama di Kairo mulai dari tahun
1688 M/ 1000 H sampai dengan 1821 M/ 1236 H.
Karya
al-Jabarti berisi catatan berbagai peristiwa dan data-data kematian. Penulis
memulai keryanya dengan pengantar singkat dan uraian peristiwa hingga era
Utsmani. Jilid I buku Aja’ib ditutup dengan catatan kematian Muhammad Bek Abi
Dzahab. Jilid III, membahas sejarah Mesir semenjak kedatangan misi Perancis di
bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte. (Abdullah, 2004: 58)
Dalam
perkembangan selanjutnya, Aja’ib al-Atsar dilarang beredar di Mesir pada tahun
1878 M karena menyebutkan kejelekan yang terjadi pada zaman pemerintahan
Muhammad Ali Pasha. Pada tahun itu, sebagian dari buku itu saja yang
diterbitkan dan baru pada tahun 1880 M buku tersebut data diterbitkan secara
lengkap yaitu pada zaman Khudaywi Tawfiq. Bangsa Perancis sejak dini telah
berusaha menerjemahkan buku itu dan menerbitkannya karena di dalamnya terdapat
ulasan tentang penjajahan Perancis terhadap Mesir, keberadaan penduduk aslinya,
serta para panglima dan kekuasaannya. (Amin, 1995: 276)
Secara
garis besar, sesuai dengan judulnya, karya ini dibagi atas dua bagian; bagian
pertama tentang peristiwa-peristiwa sejarah dan bagian kedua tentang biografi
para tokoh. Yang terakhir ini mempunyai nilai sosial yang sangat besar karena
ia menggambarkan secara terinci kehidupan penduduk dunia islam bagian Timur.
Adapun
karya yang lain, yaitu berjudul “Mazhab at-Taqdis” merupakan sebuah
catatan terinci tentang proses pendudukan Perancis atas Mesir. Buku ini
diterbitkan kembali bahasa Arab dalam bentuk ringkasan pada tahun
1960-an, tanpa suntingan dan dibagikan di sekolah-sekolah yang berada di bawah
kordinasi Departemen Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Bentuk utuh buku ini
dalam bahasa Arab tidak pernah terbit lagi, tetapi terjemahannya oleh Cardin,
terbit di Paris pada 1838 M dalam bahasa Turki dan Bahasa Perancis.
4. Penulisan sejarah di Mesir abad ke-19 pasca al-Jabarti
Gerakan kebangkitan yang dipelopori oleh al-Jabarti terputus
beberapa tahun ketika terjadi pendudukan Napoleon dari Perancis atas Mesir (1798-1802
M). Namun pendudukan itu memberikan konstribusi bagi kebangkitan Mesir pada
masa selanjutnya, termasuk dalam bidang sejarah.
Setelah Perancis meninggalkan Mesir, penguasa baru Mesir
Muhammad Ali Pasya bertekad untuk memulai pembangunan Mesir dengan meniru Barat.
Sekolah-sekolah baru dibuka dan para mahasiswa dikirim ke Eropa. Muhammad Ali
Pasya pada waktu itu menggalakkan gerakan penterjemahan. Di awal abad ke 19,
muncul dua kelompok yang menjadi pelopor kedua setelah al-Jabarti dalam
kebangkitan penulisan sejarah. Yang pertama adalah kelompok Rifaah al-Thahthawi
yang memiliki latar belakang pendidikan islam di al-Azhar, kemudian menambah
pengetahuan dilembaga pendidikan di Perancis dan sebagai penuntut ilmu di
lembaga-lembaga bahasa yang didirikan Perancis. Sedangkan kelompok kedua adalah
kelompok ‘Ali Mubarak yang mempunyai latar belakang pendidikan dalam bidang
ilmu pengetahuan teknik, astronomi dan
arkeologi. Kedua kelompok ini didalam penulisan sejarah dipengaruhi oleh
literatur dan pengetahuan kebudayaan Perancis. Mereka juga menggunakan
referensi buku-buku sejarah yang ditulis masa Klasik dan Pertengahan Islam,
serta referensi Barat modern.
Menurut Mu’in Umar, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kebangkitan penulisan sejarah di Mesir pada abad ke-19, yaitu:
a. Adanya gerakan pembaharuan menjelang akhir kekuasaan Ismail
Pasya pada pertengahan abad ke-19.
b. Semenjak awal abad ke-19, ahli-ahli Eropa melakukan penelitian Arkeologi
di Mesir. Hal itu memberi pengaruh yang besar bagi ahli-ahli Mesir untuk
mempergunakan bahan-bahan hasil penelitian Arkeologi itu dalam penulisan
sejarah pada abad ke-19.
c. Keberhasilan Rifaah al-Thahthawi menempatkan sejarah sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, sehingga di ajarkan ilmu sejarah di sekolah sampai
pada tingkat menengah. Lulusannya kemudian dikirim ke Eropa untuk melanjutkan
studinya dalam ilmu sejarah.
d. Adanya percetakan. Pada masa Muhammad Ali Pasya, tepatnya pada
tahun 1822 M didirikan satu unit percetakan Bulaq.
e. Munculnya penerbitan harian dan berkala, artikel-artikel sejarah
banyak ditulis dalam penerbitan media massa itu.
f. Rifa’ah dan Ali Mubarak melakukan editing naskah-naskah kuno
untuk kemudian diterbitkan. Usaha ini sangat membantu rakyat Mesir untuk
memperoleh pengetahuan warisan sejarah mereka dimasa silam.
g. Berdirinya himpunan-himpunan ilmu pengetahuan dalam bidang
sejarah. Himpunan yang pertama adalah Institut Egyptian pada tahun 1798 M yang
didirikan oleh Napoleon. (Umar, 1987: 164-169)
Berbeda dengan penulisan sejarah pada masa Islam
Klasik dan Pertengahan yang sedikit sekali melakukan kritik, analisis, dan
perbandingan, penulisan sejarah Mesir pada abad ke-19 dipengaruhi oleh
penulisan metode ilmu pengetahuan baru dengan mengikuti buku-buku sejarah Eropa.
Mereka mencoba mengkritik, menganalisis, membandingkan dan memberikan pandangan
mereka tentang apa yang mereka tulis. Dalam hal ini, mereka juga sudah
menggunakan ilmu-ilmu bantu sejarah seperti dokumen, numismatik, arkeologi,
inskripsi, ekspolari, geografi dan lain-lain.
Menurut Umar (1987: 169) Ahli-ahli sejarah tidak hanya
tertumpu kepada sejarah mesir dan islam tetapi juga menyajikan masalah-masalah
lain yang tidak begitu dikenal di dalam periode islam. ahli sejarah menyajikan
berbagai ragam sejarah seperti:
a.
Sejarah dunia
b.
Sejarah negara-negara
tetangga
c.
Memoar pribadi
d.
Sejarah umum mengenai mesir
e.
Sejarah topografi dan
sejarah kota
f.
Sejarah mesir abad ke-19 M
di bawah kekuasaan dinasti muhammad ali
g.
Biografi-biografi
h.
Novel sejarah
i.
Penulisan sejarah dalam
bahasa asing
Adapun pengaruh penulisan sejarah bagi rakyat mesir adalah
sebagai berikut:
a.
Membangkitkan kesadaran
sejarah yang mendorong orang-orang mesir berminat kepada sejarah pada umumnya
dan sejarah mesir pada khususnya dalam aneka ragam masanya.
b.
Membangkitkan rasa
patriotisme dan mengokohkan semangat nasionalisme.
5. Historiografi Arab Islam pada abad ke-20
Sejak awal abad ke-20, barat menjadi kiblat dalam
historiografi islam. di barat kemajuan-kemajuan ilmiah, termasuk dalam bidang
sejarah, dengan cepat terjadi. Volteire memulai perubahan dalam penulisan
sejarah, dalam karyanya the age of louis XIV (1751) ia menguraikan masyarakat
perancis sebagai satu kesatuan. Ia berusaha menyajikan suatu pandangan yang
komprehensif dengan meneliti banyak segi kehidupan dan kebudayaannya, seperti
peperangan, ilmu pengetahuan, kesusasteraan, kesenian dan agama.
Perkembangan penulisan sejarah islam tidak begitu
cepat mengikuti perubahan yang terjadi di barat. Para sejarawan arab banyak mengajukan kritik
terhadap corak penulisan sejarah islam tradisional.
Menurut Dr. Sayyidah ismail kasyif, guru besar sejarah
islam pada universitas syams. Para sejarawan hingga awal abad ke-20, dalam
pembahasan sejarah hanya berorientasi kepada pembahasan peristiwa-peristiwa
politik negara, dan mereka memperhatikan pengkajian terhadap para pemimpin,
tokoh-tokoh menonjol, perbuatan dan kontroversi mereka. Akan tetapi, orientasi
modern dalam studi sejarah mengarahkan kepada studi tentang strata sosial
bangsa yang beragam, cara hidupnya, pranata sosialnya, keadaan sosial, ekonomi,
dan politik. Dalam artian sejarawan harus mengkaji seluruh aspek kehidupan
masyarakat.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Al-Jabarti
lahir di Kairo 1753 M dan meninggal tahun 1805 M merupakan salah satu beberapa
tokoh besar di Mesir yang hidup di tiga periode penguasa Mesir yaitu zaman
Turki Usmani, masa pendudukan Perancis dan era pemerintahan Muhammad Ali Pasha.
Perintis penulisan sejarah Islam awal di mesir adalah
al-jabarti, dalam penulisannya Ia menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu
dengan sempurna serta berusaha
melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa yang dialaminya. Dalm
penulisan sejarah Islam Ia juga menyatakan dalam bukunya ia menulis sejarah
bukan karena perintah penguasa tetapi karena ia adalah seorang ilmuan
independen.
Al-Jabarti
merupakan tokoh sejarawan besar yang menghidupi historiografi Arab-Islam untuk
pertama kalinya setelah sekian lama menghilang di Mesir. Dua buah karyanya; Ajaib
al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar dan Mazhar at-Taqdis. Buku Ajaib
terdiri dari empat jilid. Buku ini pernah dilarang beredar pada zaman
pemerintahan Muhammad Ali Pasha tahun 1878 M. buku ini kembali beredar di Mesir
tahun 1880 M.
Metode
penulisan sejarah al-Jabarti dalam bentuk kombinasi antara biografi dan
kronikel. Karyanya banyak terinspirasi dari gurunya, al-Muradi dan al-Murtadha.
Al-Jabarti menggunakan sumber-sumber primer dalam karyanya serta menggunakan hawliyat.
Al-Jabarti sudah menggunakan pendekatan tematik meskipun antara tema satu
dengan tema lainnya tidak ada hubungannya.
2. Saran
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai titian
usaha perbaikan lebih lanjut.
Daftar
Pustaka
Abdullah,Yusri
Abdul Ghani.2004. Historiografi Islam
dari Klasik Hingga Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Amin,
Husayn Ahmad. 1995. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Bandung:
Rosdakarya.
Umar,
Muin. 1987. Historiografi Islam.
Jakarta: Rajawali Press.
Yatim, Badri.
1997. Historiografi Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar